Kamis, Oktober 17, 2013

n a m a

apalah arti sebuah nama, ada pepatah yang mengatakan demikian. Tapi bagi aku, nama itu bukan sekedar sebuah nama, tapi dari nama itu banyak cerita yang dihasilkan.

Orang tuaku memberi nama untuk ku, Lakhsmi Raya Widdayanti. Menurut ibuku, namaku diambil dari nama seniornya yang dia kagumi, namanya Laksmi Widayanti. Tapi ayahku ingin sesuatu yang berbeda, oleh karena itu ditambah nama Raya ditengahnya. Sebenarnya Lakhsmi itu nama seorang dewi yang cantik, ia istri dari dewa Wisnu. Raya mempunyai arti besar, walaupun sebenarnya tubuhku tidak bisa dibilang besar. Sedangkan Widdayanti, menurut ibuku, artinya anak perempuan pertama.

Sebenarnya namaku biasa saja, kalau saja ayahku bukan orang yang unik. Beliau selalu menginginkan sesuatu yang berbeda. Lain dari pada yang lain. Menurutnya anak perempuan pertamanya harus memiliki nama yang unik, lain dari pada yang lain. Karena dua orang kakaknya yang sudah menikah menamai anak anak mereka cukup unik. Kakak pertamanya memberi nama anak laki laki yang diperoleh dari semua tetua yang ingin menyumbang nama untuk cucu pertamanya, kakak keduanya memberi nama anak anaknya dengan memasukan unsur zacharin, karena ayahnya seorang direktur pabrik gula. Jadi, akhirnya ayahku memberi nama panggilan bagiku MOYI. ya Moyi, kalau ditanya apa maknanya, ya tidak ada, hanya unik saja dan tampaknya hampir tidak ada yang memberi nama Moyi bagi anak anaknya.


Disinilah awal cerita. Moyi, bukanlah nama yang lazim, dan ternyata tidak banyak orang yang bisa menyebut dan memanggil namaku dengan benar. Biasanya mereka memanggil ku Moy, Moi, jarang yang memanggil dengan benar m o y i.. Bahkan ada yang memanggilku Momoy, Moymoy, Miu, kalau mau meledek dipanggilah aku Amoy atau Cemoy. Memang namaku terdengar seperti nama Thionghoa, dan kebetulan lagi, wajahku seperti orang thionghoa. Kalau Amoy, itu memang nama anak perempuan thionghoa, tapi Cemoy.
Ada ceitanya, nama itu bermula dari lawakan di tv, dimana sesorang melakukan tawar menawar dengan tukan becak (di Jakarta th 70an becak masih ada loh),
Penumpang : Bang, ke proyek senen berapa
Abang Becak  : Cepek pak
Penumpang     : ah mahal betul, cemoy aja ya..
Abang Becak  : Hah, berapa tuh cemoy
Penumpang     : Lah, cepek itu berapa?
Abang Becak  : seratus
Penumpang     : Oh kalo gitu cepmoy tujuhlima deh
Nah sejak ada lawakan itu di tv, jadilah julukan baru bagiku.

Karena orang rumahku memanggilku demikian maka ketika aku masuk sekolah dasar, teman teman juga memanggilku Moyi, Moy atau Moi tepatnya. Tapi tidak demikian ketika aku masuk sekolah menengah pertama. Aku bertekad tidak mau mempergunakan nama Moyi, dan kalau perlu teman temanku tidak tahu nama panggilan rumahku. Jadilah ketika aku masuk sekolah aku memperkenalkan diri dengan nama Lakhsmi.

Pertama kali dipanggil dengan nama Lakhsmi, rasanya bagaimana gitu, senang, bangga, Aku merasa senang dan bangga karena menurutku Lakhsmi itu nama yang cantik, bagus dan indah. Nama ini pula yang aku gunakan ketika aku sekolah di sekolah menengah atas. Tapi tidak berarti nama ini aman dari ledekan teman teman. Masih tetap ada ledekannya, Laxmi Taylor, ya nama penjahit  yang cukup terkenal di tahun 70an, karena diiklankan di tv dan radio. Bahkan kalau tidak salah,  penjahit Laxmi Taylor masih ada dan tempat
nya pun masih di Pasar Baru.

Enam tahun, memakai nama Moyi di sekolah dasara, dan enam tahun memakai nama Lakhsmi di sekolah menengah, membuat aku merasa ingin sesuatu yang beda, akhirnya aku memutuskan mempergunakan nama Raya ketika masuk ke perguruan tinggi.

Awalnya agak sulit juga karena aku menulis namaku dengan Lakhsmi Raya W, jadi teman teman baruku secara otomats imemanggil nama depanku, Lakhsmi. Maka sibuklah aku memperkenalkan diri dengan nama Raya. Hampir seminggu aku harus mensosialisasikan nama Raya kepada teman temanku, sampai akhirnya tidak ada lagi yang memanggilku Lakhsmi, tapi Raya.

Aku senang sekali ketika pertama kali mempergunakan nama Raya, karena menurutku nama ini keren dan jarang orang yang memiliki nama Raya.

Memakai nama Raya bukan berarti tanpa ledekan, sering aku ditanya kenapa pakai nama Raya, emangnya lahirnya di jalan raya yaa.? Atau, wah kamu kaya raya yaa, segala punya, kebun raya, jalan raya, pasar raya... aku cuma tersenyum saja. Dan nama Raya inilah akhirya yang aku pakai sampai sekarang.

Ada enaknya memiliki tiga buah nama panggilan. Kalau ada seseorang yang memanggilku dengan nama Moyi, sudah hampir pasti dia saudaraku atau teman rumah atau teman SD, tetapi kalau memanggil dengan nama Lakhsmi, pasti teman SMP atau SMA, dan kalau Raya, mereka adalah teman kuliah dan teman teman masa kini.

Jadi kalau ada yang bilang apalah artinya sebuah nama, bagiku sebuah nama itu sangat berarti, karena selain namaku keren dan bagus nama itu adalah nama pemberian orang tuaku, sebuah nama yang unik, dan dengan nama itu pula aku bisa membedakan ini teman kecil, teman remaja, atau teman masa kini....

Halo, namaku LAKHSMI RAYA WIDDAYANTI binti PINARDI, siapakah namamu?