Rabu, Desember 01, 2010

fatamorgana

Masih kuingat jelas dalam benakku, siang itu dua tahun yang lalu, ketika aku sedang terbaring sakit kuterima satu panggilan telpon. Saat kudengar suar di seberang sana, hatiku sempat tercekat, perasaan aku mengatakan ini suara kamu, dankamu yang menelepon aku. Tapi karena tidak mau disangga ge er, jadi aku tanyakan siapa yang menelpon aku.
Kamu tidak menjawab pertanayaan aku, kamu malah balik bertanya apakah ini benar... kau sebut nama lengkapku, danaku mengiya kan, setelah berbasa basi sebentar kemudian kemudian kamu mengatakan siapa kamu, walaupun aku sudh bisa menebaknya. Berlalunya waktu tidakl memudarkan ingatan ku kepadamu.

Kemudian dari telepon pertma ini berlanjut ke telepon yang ke dua dan seterusnya, dan akhirnya kamu mengajakku untuk bertemu. Kata sahabatku, tidak baik kalau hanya bertemu berdua saja, karena pasti ada yang ke tiga, setan, hahahhaha. Akhirnya kitaa sepakat untuk bertemu di sebuah cafe.

Kamu datang sendiri ke cafe itu, dan aku datang bersama anakku, dan sahabatku menyusul kemudian. Ketika aku datang, ternyata kamu telah menunggu. Setelah dua puluh tahun tidak bertemu aku tidak mengharapkan rupa kamu masih seperti dulu, dn ternyata memang benar. Kamu sekarang sudah menjadi gemuk, rambut ikalmu dulu telah menjadi gundul dan putih semua. Tapi tingkah kamu tidak banyak berubah, cara bicara dan sikap kamu tidak banyak berubah.

Sebelum bertemu dengannya aku sempat meminta anak ku untuk meninggalkan kita sejenak, karena masih ada persoalan yang tertunda antara kamu dan aku yang aku harus selesaikan. Dan ketika anakku meninggalkan kita, mulailah trjadi pembicaraan yang agak serius diantara kita.

Pertama aku meminta maaf atas kesalahan ku dulu ketika aku meninggalkan dia, dia pun meminta maaf padaku. Dan terjadilah pembicaraan masa lalu kita. Kamu bilang sudah lama kamu mencari tahu tentang aku, kamu pun bilang sampai sampai ketika kamu ke belanda kamu menemui oom aku hanya untuk menanyakan kabar tentang aku, dan kamu juga mengatakan kalau kamu begitu takut dan khawatir ketika pertama kali menelpon ku dulu, karena takut aku masih marah pada mu. Dan mengalirlahcerita dari kamu, tentang kegagalan kamu dengan perkawinan pertama kamu dan perkawinan kedua kamu yang diambang kehancuran. Tapi kamu tidak bercerita secara gamblang, hanya sepotong sepotong, dan itu adalah ciri khas kamu, masih belum berubah, tapi aku bisa menangkap kesedihan dab penderitaan di hati kamu. Dan kamu menangis.

Setelah pembicaran dengan kamu aku rasa sudah cukup, anakku kembali bergabung kembali dan tak lama kemudian sahabatku pun datang bergabung.

Ketika kita sedang makan, tiba tiba suamiku menelpon menanyakan aku sedang ada dimana, ya aku katakan terus terang bahwa aku lagi makan siang bersama kamu dan sahabatku, dan seperti biasa suami ku tidak marah bahkan dia mengirim salam untuk kamu. Kamu sempat merasa tidak enak, tapi aku yakinkan kamu , bahwa suamiku itu sangat baik dan penuh pengertian. Dia tidak akan marah apalagi dia tahu aku tidak berduaan saja tetapi juga dengan anak dan sahabatku.

Hanya ada hal yang cukup mengejutkan aku, ketika aku pulang dan sampai di rumah, anakku berkata, bahwa kamu ternyata masihsangat menyayangi aku. menurut anakku, kelihatan sekali kalau kamu masih sangat sayang kepadaku dan dia bisa meraskannya. Walah, aku sendiri kok ga bisa merasakannya ya.

TApi setelah pertemuan itu, kamu jadi sering mengirim sms ke aku, atau meminta ijin untuk menelepon aku. Untuk itu aku tidak mau terjadikesalah pahaman antara aku dan suami ku maka aku ceritakan semua padanya apa yang terjadi antara aku dan kamu. Respon suamiku sungguh menakjubkan. Katanya, 'loh bukankah dari dulu dia memang mencintai dan menyayangi kamu, tapi yang terpenting adalah aku yang memenangkan hatimu dan akulah yang menikah dengan kamu'. Hahaha, ternyata suamiku masih ingat bagaimana ketika dia mau mendapatkan aku. Terus aku bertanya meminta ijin sebenarnya, bagaimana kalau kamu mau menjalin hubungan dengan aku melalui sms atau telpon. Dan suamiku hanya menjawab, bahwa hal itu tidak masalah untuk kamu karena hanya telpon dan sms, toh tidak ada pertemuan.
Memang TOP BGT deh suamiku ini.

Kemudian dimulailah hubungan melalui sms tersebut, dan kadang kadang juga ada telepon, tapi telpon itujuga sangat jarang sekali, hanya sms yang selalu datang bertubi tubi.

Melalui smsm dantelepon itu kamu mulai sedikit bercerita tentang keadaan kamu, dan aku tahu kamu sedang sangat menderita dan susah. Kamu juga sering mengingatkan tentang cerita kita dulu. Dan kamu pun membangkitkanrasa kasihan kepada kamu yang berubah menjadi rasa sayang. Kamu meminta aku untuk memberi dukungan moril, tapi kamu juga meminta aku untuk merahasiakan hubungan ini, salah satu ciri khas kamu lagi, tetap masih belum berubah. Aku berjanji untuk memberikan dukungan itu, dan aku juga paham kalau kamu ingin merahasiakan hubungan kita, karena posisi pekerjaan kamu, seorang direktur di sebuah perushaan bumn yang cukup besar.

Dan dimulailah sms sms yang berisi penuh kata kata cinta dan penuh perhatian itu. Dan aku terbuai. Ya aku terbuai dengan kata kata cinta dan perhatian perhatiannya, walaupun hanya dalam sms saja.

Kamu mengingatkan kisah cinta kita dulu dengan lagu lagu cinta kita, lagu Vina Panduwinata, Chrisye, bahkan kamu meminta aku mendengarkan lagu Ungu, cinta didalam hati. Kita pun terbuai dalam fatamorgana romantisme.

Aku tahu, initidak boleh terjadi dan terus berlanjut, tapi aku masih tak mampu atau mungkin lebih tepatnya tidak mau menghentikan. Aku terbuai. Aku bisa merasakan kegundahanmu, kesedihanmu, kesepianmu, kesendirianmu dan apa yang kamu rasakan. Begitu dekatnya hati ini sehingga bisa merasakan apa yang kamu rasakan, tanpa kita harus bertemu dan kamu harus bercerita.

Aku merasa sedih ketika bulan puasa kamu harus makan sahur sendirian, dan berbuka puasa juga sendirian.Dan ketika berlebaranpun kamu sendirian. Hanya berdua denganmama tanpa istri disamping kamu, padahal kamu masih memiliki seorang istri. Ketidak sukaan kamu pada hujan, karena hal itu makin mencekam kesepian kamu. Dan bertambah sedih karena kamu tidak bisa merasakan kebahagiaan, kegembiraan dan kehangatan keluarga yang aku rasakan. Dan aku ingin kamu juga merasakan kebahagian berkeluarga seperti yang aku rasakan.

Tapi sayang, amat disayangkan kamu mengkhianati aku. Kamu mengingkari kata kata kamu sendiri, ternyata kamu masih juga belum berubah, PENGECUT.

Ketika hubungan kita berjalan hampir enam bulan, aku merasakan perubahan sikap dari kamu, sempat aku tanyakan ada apa, tapi kamu selalu mengatakan aku selalu berprasangka buruk kepada kamu. Kamu tidak tahu bahwa karena kedekatan perasaan aku ke kamu, aku juga jadi bisa tahu dan merasakan perubahan sekecil apapun atau aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Kamu lupa aku punya kemampuan seperti ini.

Dan ternyata apa yang aku rasakan bahwa ada sesuatu yang kamu sembunyikan terbukti. Pada suatu malam, tengah malam, aku menerima satu sms dari nomer kamu yang isinya sangat menyakitkan hati aku. Sms itu ditulis dengan nada sopan tetapi menghinakan. Sms itu meminta aku untuk tidak memberikan perhatian kepada kamu lagi, karena kamu suami orang dan itu benar, kamu masih suami orang, dan dia menyuruh aku untuk memperhatikan suamiku sendiri
saja.

Aku begitu terpukul menerima sms itu. Itu suatu penghinaan besar untuk aku. Sebenarnya aku bisa saja menjawab bahwa aku memperhatikan kamu karena kamu meminta aku untuk itu, dan bahwa istri kamu tidak pernah ada untuk kamu ketika kamu sedang membutuhkannya. Ketika kamu terkapar sakit, ketika kamu harus menghadapi masalah dikantor kamu, siapa yang meberikan perhatian dan dukungan, aku. walaupun hanya melalui sms. Karena aku tidak mau kalau kita bertemu, aku takut. Jadi yang bisa maksimal aku lakukan untuk kamu ya hanya sms itu saja. Tapi untunglah akal sehatku masih bersemayam dalam benak. Aku tidak menjawab sms itu.

Dan yang paling aku sesalkan adalah, kamu pun menghilang. Kamu tidak pernah lagi menghubungi aku, kamu tidak menerangkan apa yang telah terjadi. Itu sangat menyakitkan sekali. Tapi aku juga tidak heran karena memang begitulah sifat kamu PENGECUT. Seharusnya kamu memberi penjelasan pada aku, tapi tidak ada penjelasan apapun.

Setelah hampir setahun sejak peristiwa itu terjadi, tiba tiba kita bertemu lagi, dan sama sekali tidak terlihat adanya penyesalan diwajah kamu atas peristiwa itu. Kamu hanya tertawa tawa, dan berjanji akan bercerita, tapi aku juga tahu pasti seperti biasa kamu pasti tidak akan bercerita dan aku juga sudah tidak tertarik dengan penjelasan kamu.

Dengan adanya peristiwa ini, aku semakin yakin bahwa memang tidak salah kalau dulu aku meninggalkan kamu, dan memilih meninggalkan kamu untuk menikah dengan suamiku.
Dan aku pun berdoa agar kamu juga bisa merasakan kebahagian berkeluarga seperti yang aku rasakan.

Tidak ada komentar: