Rabu, Januari 28, 2009

nikmati saja

Anakku yang beranjak dewasa mengeluh tentang perjalanan cintanya yag tidak terlalau mulus menurutnya. Karena sampai sekarang dia belum bisa melupakan orang yang dia cintai dan kagumi, dan karena hal itu pula sampai sekarang dia belum bisa menerima seseorang untuk mengisi hatinya.

Anakku pernah dan masih sampai sekarang jatuh hati pada seorang pemuda yang menurut dia nyaris sempurna untuknya. Tapi sayang walaupun sebenarnya pemuda itu juga menyayangi dia tapi dia tidak mau menjadikan anakku menjadi kekasihnya. Dia hanya menganggap anakku adalah teman istimewanya dan sangat dia sayang. Sayangnya anakku menginginkan hal yang lebih dari itu, dia tidak mau hanya dianggap teman istimewa, akhirnya dengan segala perjuangan dan kekerasan hatinya dia tinggalkan pemuda itu dan menarik diri dengan memutuskan hubungan dengan pemuda itu, yang padahal hubungan tersebut telah terbina dengan sangat baik.

Sebelum dia memutuskan untuk memutuskan samasekali hubungannya dengan pemuda itu, dia sering mengeluh padaku tentang ketidak jelasan statusnya. Memang mereka sering jalan bareng, kalau ada apa apa yang terjadi pada anakku atau sebalikkya mereka saling membantu atau menguatkan. Sebenarnya hubungannya bak dua orang kekasih tapi ga ada kata jadi saja. Dan hal ini yang membuat risau anakku, karena dia merasa tidak memiliki seutuhnya, dan dia ingin memiliki seutuhnya.

Dari seorang temannya, anakku mengetahui bahwa memang pemuda itu tidak mau menjadikan anakku kekasihnya atau pacarnya, karena pemuda itu telah menganggap anakku sahabatnya, teman istimewanya melebihi pacar pacarnya. Pemuda itu memang pernah punya pacar, tapi dia tetap aja jalan sama anakku, dan kalau anakku membutuhkan dia, dia akan selalu mendahulukan anakku daripada pacarnya. Nah sebenernya asyik kan. Tapi anakku ga mau hubungan yang seperti itu TTM an.

Pada saat itu dia juga sempat meminta nasehatku, tapi sayangnya dia tidak mau mengikuti saranku. Padahal saranku sederhana saja, nikmati saja hubungan itu, toh kalau kamu butuh dia, dia akan selalu ada untuk kamu, dan kamu juga bisa bergaul dengan lebih santai untuk dapat menemukan seseorang yang tepat untuk menjadi kekasih kamu.

Dia bilang, dia ga bisa melakukan itu atau bersikap sperti itu, katanya aku ga ngerasain jadi aku bisa bilang begitu. Akhirnya aku bilang, aku pernah merasakannya dan aku mengalaminya dan aku menjalaninya dan aku menikmatinya.

Dulu pernah waktu sma, aku punya seorang teman, yang aku kagumi, kami berteman sangat akrab dan akhirnya kami bersahabat. Kami sering jalan bareng, pergi bareng, tapi kami ga pacaran, walaupun kelakuan kami bak orang pacaran, minus ciuman. (kata bapakku, bedanya temenan sama pacaran ya ciuman itu, kalo temenan ga ciuman, pacaran ciuman, hehehe).
Orang sering mempertanyakan status hubungan kami, aku selalu menjawab kami hanya bersahabat, karena memang tidak penah ada kata jadian. Dia pun kalo ditanya hanya senyum senyum aja. Sampai akhirnya pernah terucap dari mulutnya dia kalo dia ga mau pacaran dengan aku karena takut kehilangana aku, katanya kalo pacaran cara berhubungannya jadi berbeda. Ya, awalnya aku sedih juga sih tapi aku pikir, yasudahlah dia sudah menentukan sikap, jadi aku sebagai cewe juga harus nentuin sikap. Dia ga mau pacaran ama aku kaena takut kehilangan aku, ya sudah aku juga ga mau kehilangan dia, aku sayang banget sama dia, jadi aku nikmati saja hubungan itu. Toh yang penting dia selalu ada untuk aku ketika aku membutuhkannya.

Kami masih sellau bersama sampai akhirnya ketika lulus sma, dia melanjutkan kuliah ke Bandung, tapi kami tetap masih berhubungan.

Kalau aku punya pacar, aku kenalin ke dia, dan aku bilang sama pacarku kalau ini sahabatku. Waktu aku putus sama pacarku, dia adalah orang yang pertama yang mengtahuinya. Dan dialah yang menghibur aku. Aku ga boleh sedih katanya. Dia khusus datang dari Bandung untuk menghiburku. Ya tentu aja sedihnya cepet hilang wong yang menghibur orang yang disayang.

Dia sangat concern sama aku, dia ga mau ngeliat aku sedih, sakit atau kondisi apapun yang tidak menyenangkan aku. Senengkan, biar ga jadi pacarnya tapi dia bersikap melebihi pacar aku.

Kalau dia pulang ke jakarta pasti kita ketemua. Kalau dia ga ke rumahku ya aku yang ke rumahnya, begitu pun kalau aku ke Bandung. Aku cuma bilang ke pacarku, dia lagi di Jakarta, aku kangen mau ketemu dia, kamu mau ikut ga aku mau ke rumahnya, atau dia mau dateng kerumahku nih, kamu mau gabung ga. Begitu juga kalau aku ke Bandung, aku hanya bilang aku lagi di Bandung, ga lama pasti dia langsung nongol ditempatku.

Aku katakan pada anakku, bahwa kita dalam menjalin suatu hubungan juga harus realistis, kita tidak bisa memperoleh semua yang kita inginkan, tapi kalau kita sudah bisa memperoleh maksimal apa yang kita mau, ya sudahlah, nikmati saja. Dan aku katakan juga, aku berhubungan dengan sahabatku itu dengan pola hubungan seperti itu sampai kurang lebih 11 tahun.

Hubungan itupun berakhir karena kami sama sama menikah, (waktu pernikahankami juga tidak terpaut jauh hanya dua bulan), dan dia ditugaskan oleh kantornya dinas keluar negeri. Sebelum kami berpisah, ada kata katanya yang selalu aku ingat sampai saat ini, kamu ga perlu ngomong kalo kamu sayang sama aku, kaena aku tau kamu sayang sekali sama aku, dan aku juga ga perlu ngomong kalo aku sayang sama kamu, karena kamu juga tau dan bisa merasakan kalo aku sayang sekali sama kamu, tolong berjanjilah sama aku setelah perkawinan kita masing masing, kamu jaga diri kamu baik baik, berjanjilah padaku, karena aku ga akan bisa menghibur dan menjaga kamu lagi. Aku berjanji, kemudian kami berpelukan lama sekali, seolah olah kami ga akan pernah ketemu lagi. Dan memang benar sampai saat ini aku sudah ga tau lagi dimana dia berada sekarang. Tapi aku punya kenanan yang sangat indah dan manis selama 10 tahun lebih bersama dia, yang sampai sekarang pun masih segar dalam ingatan aku.

Hal inilah yang aku ceritakan pada anakku. Untuk sesaat dia terdiam, tapi dia mengatakan aku ga bisa berlaku seperti bunda, aku ga bisa berpaling ke orang lain tanpa membandingkan dengan dia. Aku bilang awalnya aku memang begitu, tapi kita musti realistis, toh akhirnya aku menemukan ayahmu, yang mendampingi aku sampai saat ini, aku bisa karena aku mau, dan aku bahagia.

Tapi sekarang, ketika dia sudah memutuskan tidak berhubungan lagi dengan temannya itu, kadang terbersit juga penyesalan di hatinya, kenapa ya aku ga ngikutin saran bunda, katanya. Tapi untunglah penyesalan itu hanya selewat saja. Sekarang dia sudah tidak lagi menangisi dirinya sendiri, dia sudah mulai memandang ke depan. walaupun belum juga menemukan orang yang tepat. Ya mudah mudahan Allah memberikan jodoh yang baik untuk nya. Amin.

Tidak ada komentar: